Tuesday, October 6, 2009

BURUNG MUDAKU

BURUNG MUDAKU




Sebut saja namaku Haryani, saat menikah aku tidak tahu kalau ternyata suamiku masih berstatus suami sah orang lain, namun belakangan kuketahui nasi sudah menjadi bubur. Pada akhirnya dia pun mengakui kalau sudah punya anak isteri, namun apalah artinya aku yang lemah dan bodoh ini jika harus bersikeras untuk menuntutnya. Kendati pun aku tahu akan sangat menyakiti isteri sahnya, jika ia mengetahui.

Suamiku adalah seorang perwira yang mempunyai kedudukan penting di sebuah propinsi (tidak kusebut tempatnya). Usianya sudah mencapai 55 tahun dan aku sendiri baru mencapai 27 tahun. Fasilitas yang diberikan dan ketakutanku lah yang membuatku sangat tak berdaya untuk menentang keberadaanNYA.

Aku dibelikan sebuah villa yang sangat mewah yang terletak tidak begitu jauh dari kota tempat suamiku bertugas. Semua fasilitas yang diberikan kepadaku sangatlah mewah bagiku, aku mendapatkan sebuah mobil pribadi, telepon genggam dan perangkat entertainment di rumah. Namun ini semua ternyata masih kurang, aku ingin punya momongan, aku ingin dicintai dan disayangi.

Kenyataannya aku hanya tempat persinggahan saja. Belakangan kudengar bahwa suamiku juga punya WIL lain selain aku, malahan kadang ia juga jajan kalau sedang keluar kota, kabar ini kudapatkan dari isteri ajudannya sambil wanti-wanti agar aku tutup mulut. Aku sendiri memang sudah kenal dekat dengan keluarga ajudan suamiku, namun demikian sampai saat ini rahasia itu masih tersimpan cukup rapi. Bagaimana pun juga aku kesal dan sedih dengan kondisi seperti ini, sehingga timbul niatku untuk berperilaku serupa.

Pada suatu hari suamiku bertindak ceroboh dengan menitipkan anak bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku sebagai ipar ajudannya. Anak itu memanggilku Mbak, maklum dia masih SMP dan usianya pun masih 14 tahun. Wajahnya, perilakunya persis bapaknya, nilai kesopanannya agak kurang bila dibanding dengan anak-anak di kampungku. Maklumlah ia adalah anak pejabat tinggi.

Jam 21.00 bapaknya telepon, meminta Anto (sebut saja nama anak itu begitu) untuk tidur di rumahku karena dia ada urusan. Aku jadi curiga pasti dia ada kencan dengan orang lain. Anto belum tidur, ia lagi asyik nonton televisi di ruang keluarga. Akhirnya timbul niat burukku untuk memperdaya Anto, namun bagaimana caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu.

Akhirnya aku menemukan ide. Kumasukkan beberapa VCD porno ke dalam playernya untuk saya hidangkan kepada Anto nanti. Lalu ku hidupkan oven selama 3 menit, menghangatkan daging yang sudah masak sejak siang tadi. Langsung saja kurayu dia untuk menyantapnya sehingga kami pun menyantap daging panggang dan sambal kecap bersama-sama. Sambil basa-basi kutanyakan sekolahnya, tampaknya kemampuannya di sekolah biasa-biasa saja, terbukti dengan kekurang antusiasannnya bicara tentang sekolah. Ia lebih suka bicara tentang video game dan balap motor.

Di ruang TV, kupegang tengkuknya dan kupijit sambil kukatakan, "Kamu pasti capek, sini Mbak pijitin..." Dia pun diam saja. Kuraih remote control dan kutekan play untuk VCD yang pertama, filmnya adalah keluaran vivid, menampilkan seks yang cukup halus. Tampaknya Anto sangat menyukai, ah pucuk di cinta ulam pun tiba. Sambil kupijit sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka Anto tegang.

Setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berciuman) aku suruh dia telentang untuk pijatan bagian depan. Sambil telentang Anto tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai disukainya itu. Kini di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai BH dan celana dalam saja. Anto semakin tegang.

Agak kupercepat tanganku mengarah ke pangkal pahanya. Pura-pura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia terkejut ketika kemaluannya yang tegang tersentuh tanganku. Pucat pasi mukanya, namun kunetralisir dengan mengatakan "Tenang Anto, semua orang sama, adalah hal yang sangat wajar bila seseorang terangsang. Karena semua orang mempunyai nafsu."

"Malu Mbak", jawab Anto.

Kalau banyak orang, baru boleh malu, tapi Anto kan sendirian... cuma sama Mbak... Mbak aja nggak malu kok". Dengan berkata demikian kubuka bajuku sehingga aku hanya pakai BH saja. Aku pun heran juga kagum, anak seumur dia juga bisa tegang dan tampak tidak berdaya, jauh dari sikap sehari-hari yang agak arogan. Namun aku mulai menyukainya, tanpa memikir yang jauh ke depan mengingat bapaknya sendiri juga berbuat serupa terhadap saya. Film terus berputar, tubuh Anto terasa hangat malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.

Anto hanya melirik buah dadaku tanpa berani menatap langsung, dia tetap memperhatikan film dengan seksama. Saat kupegang lagi kemaluannya dia hanya diam saja, tak kusia-siakan kesempatan ini kuremas kemaluan agak kecil itu. Aku pun sudah tidak memperhatikan film lagi, kubuka celana Anto dan kuperhatikan kemaluannya. Tampak bersih dan mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, aku semakin bernafsu melihatnya. Langsung kuterkam dengan mulutku dan kumulai menjilatnya, Anto hanya terdiam sambil kadang pinggulnya bergerak menikmatinya.

Kuhisap kemaluannya dan dia pun teriak "Uh.. Mbak..". Kubiarkan anak kecil itu menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku. Ah, dia malah meremas kuat sekali. Kumaklumi dia sangat lugu dalam hal ini, aku tidak menyesal malah menyukainya. Aku hisap terus, dia pun semakin bergerak tidak karuan sambil teriak-teriak "Ah, uh, ah, uh". Kemudian dia teriak keras sambil tubuhnya gemetar disusul oleh cairan hangat dari kemaluannya. Aku telan cairan asin dan pekat ini tanpa rasa jijik sedikit pun, dan dia pun diam lemas terkulai. Kupeluk dia, dan kubisikkan kata-kata,

"Enak kan?", sambil aku tersenyum, dia balas pelukanku dan hanya bicara "Mbak.." Aku bimbing dia ke kamar mandi dan kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masih tidur dan aku yakin nanti akan bangun lagi.

Kemudian kami pun tidur bersama di depan televisi di atas karpet, dia tampak kelelahan dan tidur pulas. Aku pun puas meski tidak sampai coitus. Menjelang subuh aku bangun, dan kulihat dengan seksama tubuh Anto yang sedang tidur telanjang. Nafsuku bangkit lagi karena burung kecil itu sedang tegang-tegangnya.

Kuulangi lagi perbuatan seperti tadi malam dengan menerkam kemaluan Anto dengan mulutku. Tampaknya Anto mulai mengikuti nuraninya sebagai makhluk bernafsu, ia mungkin meniru adegan film tadi malam. BH-ku dibuka dan dijilati, aku pun merasakan kenikmatan dari anak bau kencur, kubayangkan anak dan bapaknya mengerjaiku seperti sekarang, ah tak mungkin.

Aku tuntun tangan Anto ke kemaluanku yang sejak tadi malam belum tersentuh sama sekali. Kubimbing tangannya menggesek-gesek kemaluanku dan ia pun memahami keinginanku. Gerakan-gerakan Anto dan servicenya kepadaku masih sangat kaku, mungkin perlu beberapa kali aku melatihnya.

Tiba-tiba ia menarik paksa celana dalamku dan BH-ku pun dilucuti. Kubiarkan dia berkreasi sendiri, tampak wajahnya masih tegang meski tidak setegang tadi malam dan ia pun mulai tidak sopan kepadaku, ah biarlah. Aku didorong hingga telentang, dan ia pun langsung menindihku. Dicobanya memasukkan burung kecil itu ke dalam kemaluanku, namun berkali-kali ia tidak berhasil. Ia pun semakin penasaran, ah suami kecilku ini mesti banyak belajar dariku.

Kubimbing kemaluannya memasuki kemaluanku dan ia pun menggesek-gesekkannya. Terasa nafsuku merasuk ke sekujur tubuhku, kini penantianku tadi malam hampir tercapai dan ah nikmat sekali, suami kecilku bisa memuaskanku kali ini. Dengan cepat aku bangun dan kuhampiri burung kecil yang masih menantang itu, kuhisap dalam-dalam, dia pun mengerang kenikmatan dan terus menerus kuhisap hingga badannya bergetar dan lagi-lagi air liur burung kecil yang hangat itu menjadi bagian dari dagingku.

Hari sudah terang, dan segera kami mandi air hangat bersama-sama. Aku merasa puas dan Anto hanya diam saja, entah apa yang dipikirkan. Menyesalkah? aku tidak tanya. Kenyataannya kisah ini masih berlangsung, sekarang Anto sudah SMA dan masih tetap dalam bimbinganku.


SELESAI

No comments: